Printer Laser Membahayakan Kesehatan?
Sebuah lembaga riset Jerman, Fraunhofer-Gesellschaft, baru saja menuntaskan sebuah studi tentang emisi yang dikeluarkan oleh printer laser. Dalam laporannya disebutkan, saat mencetak printer laser melepaskan emisi zat kimia organik volatile (ozon), minyal silikon, parafin dan partikel-partikel yang sangat halus. Tidak dijabarkan apa pengaruhnya terhadap kesehatan.
Namun beberapa studi riset Australia yang dilakukan sebelumnya mengungkap bahwa emisi partikel tersebut setara dengan efek merokok. Studi Australia ini juga menyarankan agar pemerintah mengawasi perusahaan printer karena produk-produknya seringkali merupakan sumber utama polusi udara di kantor.
Memang, jika printer laser sedang bekerja akan tercium bau tertentu. Itulah ozon, zat kimia organik volatile yang disebut-sebut dalam studi di atas. Jika konsentrasinya sangat tinggi, di atas 1ppm, ozon dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, tenggorokan dan paru-paru.
Akan tetapi kebanyakan orang ‘tahan’ mencium ozon pada konsentrasi yang lebih rendah, sampai 0,01ppm. Sekadar informasi, ozon-lah yang menyebabkan retakan-retakan pada ban mobil tua. Pada ban baru sudah ditambahkan zat yang mencegah kerusakan akibat ozon.
Studi-studi juga mengungkap bahwa printer yang tidak menggunakan toner, tetapi mekanisme pemanasan tingkat tinggi seperti mesin faksimili, juga melepaskan beberapa zat kimia ke udara. Zat-zat ini mengumpul di udara dan membentuk partikel-partikel sangat halus dari minyak silikon dan parafin.
Mungkin Berbahaya
Studi Fraunhofer, yang dibiayai oleh para produsen printer dan mesin fotokopi yang tergabung dalam BITKOM (organisasi perusahaan dan media TI, telekomunikasi dan media baru Jerman), mengatakan “printer laser nyaris bebas emisi partikel toner”.
Namun ketika cartridge toner-nya baru, partikel yang dilepaskan justru lebih banyak dibandingkan pada cartridge toner yang sudah berumur. Selain itu, pencetakan grafis yang berat atau memakai banyak toner akan meningkatkan emisi partikel. Partikel-partikel inilah yang bisa berbahaya.
Jika ukurannya sangat halus, begitu menurut artikel dalam jurnal kimia Environment Science and Technology yang terbit pertengahan Agustus 2007, partikel-partikel bisa masuk ke rongga-rongga terdalam dari paru-paru. Sedangkan partikel yang lebih besar dapat mengumpulkan dan membawa sejumlah racun ke dalam tubuh.
Namun beberapa studi riset Australia yang dilakukan sebelumnya mengungkap bahwa emisi partikel tersebut setara dengan efek merokok. Studi Australia ini juga menyarankan agar pemerintah mengawasi perusahaan printer karena produk-produknya seringkali merupakan sumber utama polusi udara di kantor.
Memang, jika printer laser sedang bekerja akan tercium bau tertentu. Itulah ozon, zat kimia organik volatile yang disebut-sebut dalam studi di atas. Jika konsentrasinya sangat tinggi, di atas 1ppm, ozon dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, tenggorokan dan paru-paru.
Akan tetapi kebanyakan orang ‘tahan’ mencium ozon pada konsentrasi yang lebih rendah, sampai 0,01ppm. Sekadar informasi, ozon-lah yang menyebabkan retakan-retakan pada ban mobil tua. Pada ban baru sudah ditambahkan zat yang mencegah kerusakan akibat ozon.
Studi-studi juga mengungkap bahwa printer yang tidak menggunakan toner, tetapi mekanisme pemanasan tingkat tinggi seperti mesin faksimili, juga melepaskan beberapa zat kimia ke udara. Zat-zat ini mengumpul di udara dan membentuk partikel-partikel sangat halus dari minyak silikon dan parafin.
Mungkin Berbahaya
Studi Fraunhofer, yang dibiayai oleh para produsen printer dan mesin fotokopi yang tergabung dalam BITKOM (organisasi perusahaan dan media TI, telekomunikasi dan media baru Jerman), mengatakan “printer laser nyaris bebas emisi partikel toner”.
Namun ketika cartridge toner-nya baru, partikel yang dilepaskan justru lebih banyak dibandingkan pada cartridge toner yang sudah berumur. Selain itu, pencetakan grafis yang berat atau memakai banyak toner akan meningkatkan emisi partikel. Partikel-partikel inilah yang bisa berbahaya.
Jika ukurannya sangat halus, begitu menurut artikel dalam jurnal kimia Environment Science and Technology yang terbit pertengahan Agustus 2007, partikel-partikel bisa masuk ke rongga-rongga terdalam dari paru-paru. Sedangkan partikel yang lebih besar dapat mengumpulkan dan membawa sejumlah racun ke dalam tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar