Ini adalah tulisan lama.
Setelah Pluto ditemukan Clyde W Tombaugh pada 18 Februari 1930, 48 tahun kemudian di tahun 1978 astronom Amerika Serikat James Christy dan Robert Harrington melalui sebuah teleskop pantul (reflektor) berdiameter 1,54 m berhasil mendapatkan bahwa Pluto memiliki sebuah satelit.
Satelit yang berjarak 20.000 km dari Pluto dan berdiameter 1.186 km diberi nama Charon. Dalam mitologi Yunani, Charon adalah nama tukang perahu yang bertugas menyeberangkan arwah-arwah di sungai Styx dalam dunia kegelapan. Charon adalah pembantu Pluto.
Ternyata Charon mengorbit dan berotasi secara sinkron sempurna dengan periode 6 hari 9 jam.Dimana periode rotasi Charon sama dengan periode orbitnya sekaligus sama dengan periode rotasi Pluto.
Charon akan selalu terlihat sama dikarenakan hanya satu sisi bagiannya yang menghadap Pluto, sama seperti Bulan terlihat dari Bumi. Selain itu dikarenakan kala rotasi dan orbit Charon sama dengan kala rotasi Pluto, maka Charon akan selalu berhadapan dengan bagian sama di Pluto.
Penemuan Charon ternyata mengherankan terutama dikarenakan ukurannya yang relatif besar terhadap Pluto. Diameter Charon hanya setengah dari diameter Pluto yang besarnya 2.302 km. Bandingkan dengan planet lain yang memiliki satelit, maka ukuran planet tersebut akan jauh lebih besar dari ukuran satelitnya.Karenanya, Pluto-Charon juga awalnya disebut sebagai “ Planet Ganda”. Masih menjadi misteri bagaimana Pluto-Charon terbentuk.
Pluto

ilustrasi-permukaan-pluto
Dunia Pluto adalah dunia yang serba dingin. Dengan jarak terdekat di titik perihelion 30 Satuan Astronomi (SA),dimana 1 SA adalah jarak Bumi – Matahari sejauh 150 juta km, dan jarak terjauh di titik aphelion 50 SA menjadikan ketika Pluto menjauhi Matahari berakibat atmosfer tipisnya menjadikan atmosfer tipisnya membeku dan jatuh ke permukaannya berwujud es.
Penelitian terbaru mengatakan bahwa Pluto lebih dingin dari Charon. Pluto bertemperatur 43 K atau –230 C ,sedangkan Charon 10 derajat di atasnya. Selama ini belum pernah ada pengamatan yang bisa mengukur pancaran panas (emisi) secara terpisah antara Pluto dan Charon. Keduanya begitu dekat,tidak lebih dari 0,9 detik busur. Setara dengan kita melihat ujung sebuah pencil panjang 18 cm pada jarak 40 km.
Untuk pertama kalinya, observatorium Mauna Kea,Hawaii melakukan pengukuran emisi panas secara langsung menggunakan Submillimeter Array (SMA).Pengamatan kedua dilakukan oleh observatorium antariksa (landas layang) Hubble.
Fenomena rendahnya temperatur Pluto itu dinamakan sebagai “efek anti-rumah kaca”yang disebabkan oleh kesetimbangan antara permukaan esnya dengan atmosfer nitrogen yang tipis,dan bukan hanya oleh radiasi Matahari. Energi dari radiasi matahari yang tiba dipergunakan untuk mengonversikan es nitrogen menjadi gas, dibandingkan memanaskan permukaan Pluto.
Charon
Penelitian terbaru mengenai Charon dilakukan oleh astronom dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Cambridge dan Williams College, Williamstown, memberikan informasi mengenai ukuran Charon dan keberadaan atmosfernya.
Pengamatan itu terjadi pada 10 Juli 2005 saat terjadi okultasi bintang yaitu ketika sebuah bintang berada di belakang Charon dari arah pengamat. Peristiwa langka ini dipergunakan untuk membantu mengukur ukuran Charon dan kemungkinan keberadaan atmosfernya.
Meskipun okultasi terjadi kurang dari satu menit,informasi yang diperoleh sudah cukup. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa jari-jari Cahron 606 ± 8 km. Digabungkan dengan pengukuran oleh teleskop Hubble diperoleh kerapatan massa Charon 1,72 gram/cm3 ,hanya sepertiga dari kerapatan Bumi. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa Charon tersusun dari es-bebatuan. Majalah Nature edisi 5 januari 2006 memuat penelitian ini.
Untuk pengamatan Charon, tim peneliti menggunakan 4 buah teleskop di Chile dan sebuah teleskop di Brasil.
Melalui teleskop Clay berdiameter 6,5 m di Las Campanas Observatory, La Serena, Chile dengan kemampuan rekam 10 gambar perdetik didapatkan adanya difraksi cahaya bintang. Disimpulkan bahwa Charon memiliki atmosfer namun begitu tipis berkerapatan sepesejuta kerapatan atmosfer Bumi.
Dalam 3 tahun terakhir, okultasi bintang juga dipergunakan untuk mengamati atmosfer Pluto. Ternyata sekarang ini, temperatur rata-rata Pluto semakin meningkat.
Hasil pengamatan ini semakin mengukuhkan pandangan bahwa Pluto-Charon terbentuk melalui proses pendinginan dan kondensasi dari gas dan debu dari Nebula, seperti halnya planet lain. Charon terbentuk melalui proses tabrakan dari dua buah obyek,seperti halnya pembentukan Bulan, pada awal pembentukan Tata Surya. Dikarenakan material beratnya terpusat di inti satelit, maka material batuan Charon hanya sebesar 10 persen saja dibandingkan material esnya.
Kesimpulan pembentukan Charon berbeda dengan kebanyakan asteroid atau Obyek Sabuk Kuiper yang terdiri dari dua atau lebih obyek yang saling mengitari yang terbentuk melalui proses penangkapan, bukan melalui tabrakan.
Satelit lain

misi-new-horizon-ke-pluto
Misi New Horizons selain mempelajari Pluto dan Charon,juga mempelajari satelit lain Pluto. DI tahun 2005 telah ditemukan 2 buah satelit yang berkode S/2005 P1 dan S/2005 P2. Keberadaan beberapa satelit yang dimiliki Pluto tentu sangat menarik. Mengingat betapa kecilnya Pluto.Bandingkan dengan Bumi yang hanya memiliki sebuah satelit.
Akan ada berapa banyak satelit Pluto. Kita tunggu informasi dari New Horizons yang tiba di Pluto tahun 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar