
Untuk melengkapi tulisan mengenai ide terraforming sebelumnya, saya sertakan biografi singkat Carl Sagan. Bagi kita yang menyukai astronomi, misi penjelajahan, pencarian makhluk cerdas dan Jodie Foster : D, pasti tidak asing dengan sosok satu ini.
Ini adalah tulisan lamaaa…., yang hampir membusuk di hardisk saya :-).
Di tahun 40-an, seorang anak laki-laki yang lahir dan tumbuh di Broklyn NY, gemar memandang langit, melihat bintang dan mengaguminya. Ia selalu bertanya kepada teman-temannya atau orang dewasa mengenai bintang. Jawaban yang diperoleh selalu sama “ Mereka hanya cahaya di langit, Nak “. Hanya itu. Begitu sederhana. Dan tidak memuaskannya. Untuk menemukan jawaban, ia menuju perpustakaan setempat. Kepada petugas perpustakaan, anak itu minta dicarikan buku tentang bintang. Bukannya memberikan buku yang dimaksud, petugas perpustakaan meminjaminya buku bergambar tokoh seperti Clark Gable, Jean Harlow, dan Alan Ladd. Buku itu ditolak. Anak itu meminta buku yang benar. Setelah membaca buku yang dimaksud, jawabanpun diperoleh. Bintang merupakan matahari tetapi tempatnya sangat jauh. Dan Matahari adalah bintang, namun tempatnya sangat dekat.
Empat puluh tahun kemudian, anak itu mengundang perhatian publik atas paparannya yang begitu menarik di acara televisi Public Broadcasting System . Dalam serial bertajuk Cosmos itu, Carl Edward Sagan menyedot 500 juta pasang mata dari 60 negara untuk terus mengikuti cerita ilmiahnya selama 60 menit . Acara ini tercatat sebagai acara pendidikan terpopuler dalam sejarah pertelevisian. Ia mendapatkan penghargaan Emmy and Peabody Award.
Sagan adalah Profesor Astronomi dan Sains Antariksa David Duncan, serta direktur pada Laboratorium Kajian Keplanetan di Cornell University,Ithaca, NY . Sebagai astronom, pendidik dan penulis, ia merupakan ilmuwan yang paling mempopulerkan disiplin ilmunya kepada khalayak baik melalui koran, majalah maupun televisi. Bukunya yang berjudul Cosmos (1980) menjadi buku terlaris selama 70 pekan dalam daftar harian The New York Times dan merupakan buku sains yang laku keras di Inggris.
Lebih dari 600 karya ilmiah dan artikel populer telah dihasilkan.Juga, 20 buah buku diterbitkan, baik sebagai penulis dan penulis bantu ataupun editor. Bukunya berjudul The Dragons of Eden (1977) berhasil memenangkan Pulitzer Prize di tahun 1978.
Buku lainnya berjudul Pale Blue Dot : A Vision of the Human Future in Space menjadi buku terlaris di tahun 1995. Dalam media berbeda, videokasetnya mendapatkan nominasi Grammy Award dan mingguan Publisher’s Weekly mencatatnya sebagai “two best audiobooks of the year “. Setahun kemudian diterbitkan The Demon-Haunted World : Science as a Candle in the Dark (Random House), dan menjadi bukunya kedelapan sekaligus menjadi best seller dalam catatan The New York Times.
Bersama dengan istrinya, Ann Druyan, Sagan membantu pembuatan film yang didasarkan atas novelnya yaitu Contact dari perusahaan film Warner Brothers. Film fiksi ilmiah, dengan bintang utama Jodie Foster , diluncurkan pada tahun 1997.
Dalam berbagai misi antariksa, ia merupakan konseptor seperti misi Mariner, Viking, Voyager dan Galileo. Dalam lingkup ini, tercatat beberapa penghargaan diperolehnya seperti NASA Medals for Exceptional Scientific Achievement , dua kali penghargaan untuk Distinguished Public Service dan the NASA Apollo Achievement Award.
Dalam bidang ilmiah, penelitiannya difokuskan pada efek rumah kaca di Venus; badai debu dan perubahan iklim di Mars; awan organik di Titan (satelit Saturnus); perubahan lingkungan akibat perang nuklir; sejarah kehidupan di Bumi dan eksobiologi. Di bidang terakhir inilah, Sagan merupakan tokoh yang paling di kenal.

Bersama dengan Frank Drake, sejawatnya dari Cornell University, Sagan mengembangkan persamaan untuk menghitung kemungkinan jumlah kehidupan yang memiliki peradaban maju di galaksi Bima Sakti ini. Persamaan itu dikenal sebagai Persamaan Drake. Tak bisa dipungkiri, Sagan telah menghabiskan banyak waktu dalam mempelajari pseudo science sama seperti penelitiannya dalam bidang astronomi. Dalam hal ini, ia berhasil memicu munculnya kontroversi dan kritisisme dari publik dan akhirnya menimbulkan skeptisisme dan upaya penelitian ilmiah.
Ide tentang pencarian kehidupan cerdas di luar Bumi sebenanrya bukanlah ide yang baru. Phytagoras di abad ke-5 SM, Demokritus dan Epicurus di abad ke-4 SM, dan filosof Romawi, yaitu Lucretius ( 95-55 SM) telah berpendapat bahwa ada kehidupan lain di luar Bumi. Tujuan akhir dari upaya itu menurut Sagan, “The search for extraterrestrial intelligence is a search for who we are?
*******
Di tahun 1980, bersama Bruce Murray, ia mendirikan The Planetary Society, yaitu lembaga nir-laba yang didedikasikan untuk penelitian Tata Surya dan pencarian kehidupan di luar Bumi. Hingga sekarang tercatat lebih dari 100 ribu anggota dari lebih 50 negara. Di samping itu, juga menjadi editor Jurnal Icarus, yaitu jurnal yang memublikasikan studi keplanetan. Juga, majalah Parade.
DI tengah semua kesibukannya Itu, Sagan tetap mengajar mahasiswanya di bidang astronomi dan sains antariksa serta cara berfikir kritis. Juga, berperan di berbagai lembaga ilmiah di AS, termasuk Jet Propulsion Laboratory, NASA.
Hingga akhir hayatnya, ia memperoleh 22 penghargaan dari berbagai lembaga pendidikan tinggi AS atas sumbangannya dalam bidang sains, sastra, pendidikan dan perlindungan atas lingkungan dan beberapa penghargaan atas konsistensinya di dalam menyoroti perkembangan teknologi dan kemungkinan perang nuklir serta perubahan iklim Bumi sebagai dampaknya.
********
Lahir pada 9 November 1934. Menyelesaikan tingkat sarjana tahun 1955. Setahun kemudian, Sagan menyelesaikan tingkat master dan meraih gelar doktor pada tahun 1960 dari Universitas Chicago dalam bidang astronomi dan astrofisika. Setelah itu, mengajar di Universitas Harvard hingga 1968. Kemudian pindah ke Universitas Cornell, dan menjadi profesor penuh pada 1971.
Hidup bersama istri, sekaligus rekan kerjanya, Ann Druyan, saudara perempuannya , Cari Sagan Greened dan lima anaknya : Dorion, Jeremy, Nicholas, Sasha and Sam, serta seorang cucu, Tonio.
Setelah melanglang cakrawala kosmos, Sagan menghembuskan nafas terakhir di usia 62 tahun pada hari Jumat 20 Desember 1996 di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle, Washington. Meskipun terbaring sakit selama 2 tahun akibat kanker sumsum tulang, aktifitas bimbingan untuk mahasiswa dan penelitian terus melakukan.
Banyak pihak kehilangan atas kepergiannya, sosok yang bisa berperan di berbagai bidang. juga, sebagai guru bagi jutaan manusia, dan pemberi inspirasi bagi generasi muda. Bukan hanya bagaimana mencintai ilmu, tetapi juga bagaimana manusia bisa memahami dirinya dan menjaga kehidupan yang telah ada di Bumi.
Carl Sagan adalah contoh bagaimana seorang ilmuwan bisa berperan dengan sangat baik bukan sebatas sebagai ilmuwan, namun juga sebagai warga Bumi. Bahkan warga Kosmos. Baginya, “pencarian” tidak pernah berakhir…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar